Langsung ke konten utama

Postingan

Perkara Aku Yang Tak Seperti Mereka

Pernah nggak sih ngalamin di mana kita lebih milih buat berdiam diri di rumah daripada harus ikut acara keluarga atau ngumpul sama temen? Alih-alih join di ruangan yang isinya penuh sama orang, aku lebih milih buat stay di kamar. Bukan tanpa alasan, tapi seperti itulah pemikiranku sekarang setelah kejadian itu. Semua berawal dari rencana homestay in Andalucia Lodge & Brunch Bandung . Siapa yang tahu hal itu justru akan menjadi titik balik dari keseluruhan kehidupan pertemananku. Sepertinya memang benar bahwa ada yang salah pada diriku. Selama ini aku nggak begitu mempermalahkan dan menganggap bahwa semua itu baik-baik saja. Aku nggak baik-baik saja dan nggak ada yang tahu hal itu kecuali diriku sendiri tentunya. Mereka termasuk dia justru menganggapku orang yang parah, aneh, nggak peka, jahat, dan berbagai hal lainnya yang menjurus pada konotasi yang nggak menyenangkan untuk didengar. Aku nggak berminat untuk mengatakan hal ini pada siapa pun atau mencoba mencari validasi dari s

Jeda

Hanya ada satu apartemen di setiap lantai sehingga ketika lift sampai di lantai enam dan terbuka, aku langsung dihadapkan pada pintu utama yang bernomor 6049. Pintu dua sisi berwarna hitam itu tertutup rapat. Begitu aku hendak mendekat, suara langkah kaki dari dalam sana membuatku kehilangan keberanian. Aku langsung bersembunyi di lorong darurat sebelah lift. Aku tidak bisa melihat apa yang terjadi di sana, hanya bisa mendengar suara sepatu yang melangkah kemudian pintu terbuka. Aku pikir itu suara langkah kaki satu orang hingga beberapa detik setelahnya aku kembali mendengar suara langkah kaki lainnya. "Reza!" Suara seorang wanita yang memanggil nama Reza dengan lembut. Aku ... terkejut. Reza? Benarkah? Bukankah harusnya dia masih ada di luar kota? Kenapa bisa ada di sana? Bukannya dia bilang lusa baru kembali? "Apakah ada yang lain?" Suara Reza terdengar dingin di telingaku. "Aku akan menepati janjiku. Jangan khawatir. Aku nggak akan muncul lagi di depan Ara.

Hari Yang Normal

Hari ini lagi-lagi berlalu seperti biasa. Mulai dari bangun tidur, mandi, berangkat ke kampus, pulang ke kostan. Tidak ada yang spesial, yang membuat otak lemotku mau menyisakan ruang untuk menyimpan kenangan baru. Yah, semuanya berjalan dengan normal. Senormal itu hingga tak terasa apa-apa. Hambar. Kosong. Membicarakan perihal normal , seketika di sudut kepalaku muncul pertanyaan yang sampai aku menuliskannya, aku masih belum tahu jawabannya.  "Sebenarnya, apa itu normal? Apa karena itu sudah menjadi bagian dari keseharian menjadikannya normal? Memangnya kalau berbeda itu artinya tidak normal?"  Gila memang diriku. Senang sekali menyiksa diri sendiri dengan berbagai macam pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya. Senang sekali membuat kepala penuh sesak dengan berbagai hal yang selalu berakhir dengan tanda tanya. Senang sekali mencari-cari permasalahan yang sebenarnya itu bukanlah hal yang patut dipermasalahkan. Sungguh melelahkan hidup sebagai aku. Namun, satu hal yang la