Langsung ke konten utama

Sakitmu Dan Sihir Semesta



Sudah berulang kali aku menulis perihal aku. Ada banyak hal/topik yang kubahas, mulai dari keluhan-keluhan yang awalnya hanya berdiam di dalam kepala hingga bahasan perihal sebuah kenangan yang sulit untuk dilupakan. 

Dari semua itu, aku menyadari satu hal yang belum pernah aku bahas. Kali ini bukan tentang aku. Ini perihal apa-apa yang membuatmu sakit.

Memang tidak akan pernah menjadi mudah untuk terlihat baik sepanjang waktu.

Beberapa hari kamu akan merasa tidak ingin melakukan apa pun.

Kamu ingin menyerah pada segalanya.

Kamu merasa seperti kamu tidak memiliki apa-apa lagi untuk tetap hidup. Tidak ada lagi alasan yang menguatkanmu untuk terus bertahan. Bahkan udara seolah semakin meracuni paru-parumu tiap kali kamu bernapas.

Kamu merasa bahwa usahamu selama ini hanyalah kesia-siaan belaka. Predikat gagal, cacat, sial, dan masih banyak lagi itu terus menyerang isi kepalamu yang sudah penuh hingga terasa semakin penuh sesak. Seandainya bisa, kamu ingin melepaskan kepalamu dan menaruhnya di mana pun sejenak saja. Membiarkan segala keruwetan itu menjauh.

Perasaan negatif seolah mengerubungimu. Bahkan ketika kamu berada di suatu keramaian, kamu merasa tersisih. Hingga kamu hanya bisa berpikir, "Bagaimana aku akan meng-handle semua ini?"

Tapi, cobalah ambil waktu sejenak untuk berpikir dengan jernih dan kamu akan mengerti bahwa semua yang sudah kamu perjuangkan tidak akan pernah sia-sia.

Alam semesta ini bekerja layaknya sihir. Kamu hanya perlu membayar dengan harga tertentu untuk sesuatu. Dan, kamu akan mendapatkannya kembali bahkan sepuluh kali lipat lebih banyak. 

Saat kamu merasa sudah kehilangan sesuatu yang begitu berharga untukmu, semesta tidak serta merta meninggalkanmu terpuruk begitu saja. Ia hanya sedang memberitahumu bahwa tidak ada yang namanya last forever. Semua punya tanggal kadaluarsa yang tidak terlihat. Nanti, ketika memang sudah waktunya, semesta akan kembali memberimu pengganti dari apa yang sudah hilang itu. 

Oleh karena itu, tetaplah bertahan meski untuk hal-hal yang kecil sekalipun.

Tersenyumlah meski hati dan isi kepalamu memberontak, meraung marah.

Pikirkan saja tentang sesuatu yang membuatmu merasa lebih baik untuk mengalihkan fokusmu dari hal-hal negatif.

Kamu mungkin tidak dapat melakukan semuanya sekaligus, it's okay. Perlahan saja, selangkah demi selangkah asal kamu tetap bergerak maju. Lepaskan apa-apa yang hanya menyakitimu.

Karena satu yang pasti, kamu ditakdirkan untuk memiliki akhir yang bahagia setelah semua yang kamu lalui. Dan sesungguhnya Tuhan itu perancang skenario terbaik di antara yang baik.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

00: Selamat Tinggal, Langit

     “Dia sudah membuangmu! Kenapa kamu terus setia padanya? Kenapa kamu selalu melakukan hal bodoh?” seru seorang wanita begitu panggilan teleponnya tersambung.      Seorang wanita muda yang usianya kini sudah mencapai kepala dua itu termenung sesaat. Sebelah tangannya masih setia bertengger di sisi telinganya menyangga benda persegi tipis yang sedang mengeluarkan suara seseorang dari seberang sana.      “Karena aku mirip Ibu,” jawab wanita muda itu. Kedua netranya tampak seolah sedang diselimuti kilauan kristal bening.      Dari seberang sana, wanita yang menjadi lawan bicaranya itu terdengar terkejut sekaligus tak terima. “Apa?”      Wanita muda yang bergelar sebagai seorang anak bagi ibunya itu seolah tak terusik. Dia tak merasa apa yang sedang dilakukannya merupakan sebuah kesalahan. Toh , semua yang dia katakan adalah kebenaran yang selama ini dicapai kedua netranya tanpa ada yang mencoba untuk memberikannya penjelasan. Sekedar kalimat penenang bagi hati mungil seorang anak yang

Serpihan 4

Rasanya mau mati aja. Di titik tertentu, aku juga begitu. Menangis tersedu memunguti kembali puing-puing kehancuran diri sendiri satu per satu. Saat itu, saat aku merenungi betapa sakit, hancur, muak, dan bencinya hatiku atas ketidakberdayaan diriku sendiri, yang bisa kulakukan hanyalah menerima sembari terus berjalan maju. Bahkan seberapa sulit pun sebuah kondisi, aku harus tetap hidup dengan " aku bisa mengatasi ini sendiri ". Sebab, di luar sana, iblis pun tahu. Tidak ada pilihan lagi selain itu.

Serpihan 2

  Rasanya mau mati aja. Kalimat itu sudah seperti mantra yang mencuat dari mulutku tanpa kusadari. Entah itu saat aku sedang tak berdaya atau justru baik-baik saja. Berulang kali, tanpa aku sadari seolah sudah tertanam kuat di alam bawah sadarku bahwa sesungguhnya aku benar-benar mengharapkan kematian itu sendiri. Seolah aku dengan sungguh-sungguh berharap untuk terdampar di titik pemberhentian yang sebenarnya. Sebuah pemberhentian yang nyatanya sulit untuk diraih. Untuk tetap bertahan saja sudah sesulit itu , tetapi ternyata untuk berhenti pun tak kalah menyulitkan . Aku sempat tak habis pikir oleh kesadaran akan satu hal pahit itu. Kita diciptakan sebagai makhluk bumi yang katanya sempurna jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Tapi yang menjadi bahan pertanyaanku adalah kalau memang manusia itu makhluk paling sempurna, kenapa manusia menjadi makhluk paling tidak berdaya dika dihadapkan pada kondisi yang tak diharapkan? Kalau memang manusia itu makhluk paling sempurna, k